Perkumpulan Penggemar Filateli Indonesia (PFI) merupakan organisasi hobi yang didirikan pada 29 Maret 1922 dengan nama  Postzegelverzamelaars Club Batavia. Seperti namanya organisasi ini pada mulanya adalah organisasi yang mewadahi para penggemar dan pengumpul prangko (Postzegel), umumnya  orang-orang Belanda dan Eropa yang tinggal di Hindia Belanda, khususnya di Batavia. Dan seiring perkembangan pesat penggunaan prangko pada masa kemudian, kegemaran ini meluas ke warga kota lainnya, menjadikan filateli sebagai hobi yang sangat populer, terutama di kalangan remaja masa itu. Mereka juga membentuk klub di kotanya masing-masing. Selain bertukar koleksi, kegiatan klub ini antara lain menggelar pameran, workshop hingga sosialisasi apa dan bagaimana mengoleksi prangko.

Dalam perkembangannya, klub-klub tersebut berkumpul dan bersepakat untuk membentuk wadah yang bersifat menyeluruh. Ini dilakukan di Batavia pada tahun 1940 dengan membentuk Nederlandsch Indische Vereeniging van Postzegel Verzamelaars (NIVPV). Inilah cikal bakal organisasi yang dikenal saat ini sebagai PFI. Anggotanya pun tak lagi  hanya orang Belanda dan Eropa, tapi juga kaum pribumi dan Asia Timur.

Ketika Indonesia merdeka, nama organisasi ini diubah menjadi Algemene Vereneeging Voor Pilatelisten in Indonesia. Dan baru pada tahun 1953 namanya berganti menjadi Perkumpulan Umum Philateli Indonesia (PUPI). Sebeum kemudian bertransformasi menjadi Perkumpulan Philatelis Indonesia (PPI) pada tahun 1965, dan menjadi Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) pada tahun 1985, sebelum akhirnya menjadi Penggemar Filateli Indonesia (PFI) sejak tahun 2022.

PFI mengalami kemajuan pesat yang pertama ketika dipimpin oleh Marsekal TNI Soerjadi Soerjadarma (1912-1975). Ia memodernisasi organisasi ini dan membawa PFI ke kancah pergaulan dunia, dengan membentuk FIAP di tingkat Asia Pasifik. Soerjadarma pula yang membawa filateli sebagai bagian penting dari pembangunan karakter bangsa.

Kepemimpinan Soerjadarma diteruskan oleh Letnan Jenderal TNI Mashudi (1919-2005)  yang berhasil menempatkan PFI  dan filateli sebagai bagian penting dalam pendidikan generasi muda Indonesia. Filateli menjadi bagian aktivitas Pramuka dan kemudian siswa. Melalui Gerakan Sejuta Filatelis (GSF) perkembangan PFI sangat pesat, pada akhir abad ke-20 anggotanya telah melampaui angka sejuta filatelis. Pada masa itu pula dibangun Museum Prangko di TMII-Jakarta, dan sukses menggelar pameran filateli kelas dunia di Indopex di Surabaya, Jakarta ’95, dan  Bandung’96.

Pada masa berikutnya, kepemimpinan diserahterimakan kepada Letjen Soeyono (1943) yang juga banyak memainkan peran penting dalam memajukan filateli di Indonesia. Salah satu yang patut dicatat adalah keberhasilan Indonesia menyelenggarakan pameran filateli kelas dunia seperti  World Stamp Championship & Exhibition 2012. Pada bagian lain, pada masa kepemimpinannya pula hobi filateli berhasil masuk dalam Undang-Undang Republik Indonesia No, 38 tahun 2009 tentang Pos. Dimana Pemerintah, baik pusat maupun nasional diberi amanat untuk membina pengembangan kegemaran mengoleksi prangko sebagai bagian dari pendidikan karakter bangsa.

Sejak tahun 2017 kepemimpinan PFI beralih kepada Dr. Fadli Zon, yang melanjutkan keberhasilan para ketua umum sebelumnya. Berbagai langkah maju telah dan tengah ditempuh PFI di bawah kepemimpinan Fadli Zon, antara lain memperluas organisasi dengan membentuk cabang-cabang baru di sejumlah provinsi, dipromosikannya penerbitan prangko berbasis digital, menggelar pameran filateli tingkat dunia, Indonesia2022. Saat ini, seiring dengan perkembangan  zaman, PFI tengah mengarahkan kegiatannya untuk melahirkan generasi-generasi filatelis muda yang berprestasi di tingkat dunia.***

Buka Whastapp
1
Butuh Bantuan?
sekretariat@pp-pfi.org
Hallo! Apa yang kami bantu?